Kisah Asmara sang penyendiri
Kisah Asmara sang penyendiri
popakustikpiano
Di antara tumpukan yang meninggi,
Malam datang, sunyi tak berarti.
Dunia luar, hanyalah gema yang jauh,
Kusimpan hidup, di balik dinding cemas.
​Detik berulang, langkah kaki yang kaku,
Kemeja terkunci, hati pun membeku.
Jika pesimis adalah kata sandi diriku,
Maka akankah ada, yang mau masuk ke duniaku?
​Lalu ada kamu, di sudut yang ramai,
Sedikit cahaya, menembus tirai.
Senyum tipismu, lembut dan santun,
Membuat jantungku, menari tak karuan.
​Kucoba melangkah, kata-kata tercekat,
Takut terulang, canggung yang memikat.
Namun di matamu, kutemukan jangkar,
Bukan penolakan, hanya kehangatan yang benar.
​Kau genggam tanganku, bukan tuk berlari,
Tapi untuk hadapi, hari demi hari.
Katamu, aku bukan pecundang yang lemah,
Hanya handphone baru, yang butuh di-set up saja.
​Kini kutatap dunia, tak lagi menunduk,
Terima kasih untuk, embun yang menyejuk.
Bukan lagi penyendiri, bukan lagi pesimis,
Kisah Asmara Sang Penyendiri, baru dimulai manis.